Selasa, 14 Juli 2015

Kamu Mr.H.A.S

 pertama kebertemu 1 tahun yg lalu . kamu dtng k rumah qhu . pertama kali kamu datang perasaan qhu berbeda dag dig dug . tanda aph ini ?
dia anaknya baik , rajin sholat,sopan sebut saja namanya H.A.S 3 kali kerumah aku semakin kagum dan simpati pada H.A.S . gtw kenapa aqhu tiap sholat di doa'a qhu berdo'a semoga bisa bertemu lahi sma dia .
tiap hari sholat aqhu berdoa'a smoga bisa bertemu lgi dg dia ........

satu tahun berlalu tiba tiba dia inbox aqhu nxak keadaan ibu sya .......... udh itu kita sling inboxkan dan akhirnya dia minta pin BB qhu ......... sesudh aku kasih pin BB akhirnya kita chat'an kita mengenal lebih jauh ... dia mengutarakan isi hatinya klo dia dulu prtama kali bertemu udh suka sama aku ....... aku pun senang  ..... dia nembak aqhu .......... aku terima dia sebagai pacar aqhu ........ akhirnya allah mengabulkan do'a aku ... 5 hari kita pacaran trnyata dia di facebook mala manggil sayank sama cewek lain ......... akupun melihat komen komennya  tiba tiba nangis dan sakit hati ............ aku putusin dia .........tpi H.A.S dia gak mau ... aku bilang sma dia klo emng jodoh nnt pasti bisa bersama ....... dan aku blng kalau emng kamu sayang aku bisa nunggu aku ? dia jawab iya bisa aku akan nunggu kamu .......... tapi apa kenyataannya dia ttp komen" sama cewek laen manggil syng manggil bebz ......... jujur aku sayang banget sma H.A.S tpi kenapa dia mala ngecewain aku ............. waktu berjalan truz dan aqhu lia adh seorang cewek manggil dia syang ......... aph kah dia pacarnya ......... kalau pacarnya iya aku ikhlas saja ......... tpi ya allah kalau emng dia jodoh qhu dekatkan kami klo dia bukan jodohku hapus perasaan ini dri hatiku ......

Sabtu, 27 Juni 2015

KAKAK KELASKU

cerita ini kisah nyata dari kakak kelas ku . ceritanya sangat menginspirasi . dan saat dia cerita aku sampai meneteskan air mata .
 kita lgi duduk bareng di tempat casual atau tempat kerja sementara . di cerita .
sebut saja namanya indah . kak indah berasal dari orang yang mampu , dia pinter dan dia juara 1 terus di kelasnya . tiap hari dia di sekolah  merjajah menjual barang jualannya yaitu kalau di daerah saya kue molen pisang goreng si di selimuti tepung lalu di goreng . obrolan kita semakin seru di bilang semua biaya sekolahnya dari uang gedung uang spp semuanya bayar sendiri dari hasil bak indah jual molen . Bak indah rela tiap istirahat gak beli beli gak makan supaya dagangannya habis . walaupun keluarganya orang mampu tapi bak indah gak sombong dia mala hidup sederhana dan gak mau merepotkan orang tuanya . di saat aku nanyak ''  gaji casualnya buat apa? '' bak indah menjawab ''buat beli baju ibu,bapak dan adek '' kataku ''apa bak indah gak mau beli baju baru  ? '' '' gak dek kan masih ada baju yang lama pakai aja baju yang lama '' katanya. semakin lama kita mengobrol banyak  saya minta nomer hpnya . Dan ternyata bak indah gak punya hp . '' masak siii jaman sekarang gak puxa hp ? itu mustahil '' kata ku . ''nggk dek sumpah mbak gak punya hp , buat aph hp klo gk ada gunanya buat pelajaran dan bikin orng  malez belajar saja dek '' kata bak indah .
   cerita hidupnya bikin aku nangis karna selama ini aku mintak apa apa dari orang tua . jadi mali sama ceritanya bak indah.

Minggu, 25 Januari 2015








                                                                           Say Love
Takdir, aku percaya itu sepenuhnya.Pertemuan dan perpisahan, adalah bagian dari takdir. Tak ubahnya kebahagiaan yang menghampirimu saat kau bersama orang yang kau sayangi. Tapi saat takdir itu membuatku menangis, jatuh, terpuruk, aku tak ingin mempercayainya, aku ingin percaya bahwa itu hanyalah suatu kebetulan. Tapi nyatanya, di dunia ini tidak ada kebetulan, hanya ada takdir...

Sore ini, kuintip jendela kelasku, kulihat semburat warna langit yang cerah berwarna orange. Indah, tapi tak begitu kusuka, menurutku warnanya membuat hatiku sendu, sedih. Ku berjalan dari ruang kelasku, melewati koridor menuju halaman depan.
Tak terlalu kuperhatikan jalan maupun orang-orang di sekitarku yang berhamburan ingin segera pulang ke rumah masing-masing, setelah kegiatan ekstrakurikuler yang melelahkan, maupun karena jam tambahan.
Tiba-tiba, aku merasakan diriku menabrak sesuatu, bukan tembok, karena kurasakan ada sebuah tangan yang menahan pinggangku hingga aku tak melesat ke tanah. Lalu tangan itu membantuku membenarkan posisiku hingga aku berdiri dengan normal lagi.
“Rose?” sosok familiar di depanku memberiku ekspresi penuh tanya, suaranya begitu lembut dan perhatian
“Ah, Sam...” nadaku lemah, mungkin ekspresiku sangat buruk sekarang
“Kamu mau pulang?” seakan membaca pikiranku, ia tau bahwa aku tak ingin membicarakan tentang hal yang akhir-akhir ini ditanyakan orang padaku, tentang Nara.
“Iya, mungkin jalan kaki. Aku ngga bawa mobil hari ini.”
“Mau aku anter?”
“Tapi, aku lagi pengen jalan kaki.”
“Aku temani?”
“Mobilmu?”
“Aku telfon orang buat ngambil” ia menatapku lekat-lekat “ya?”
“Oke”

Lalu kami berjalan, diam, namun sama sekali bukan diam yang kikuk. Namun diam yang seakan-akan memanggil kembali memori di masa kecil kami, saat kami selalu pulang sekolah bersama, terkadang kami main hingga petang, lalu ia dimarahi ibuku , tapi herannya ia selalu tertawa setelah dimarahi, seakan tidak menyesal telah mengajakku bermain hingga petang. Dan lebih herannya lagi, ibuku pun selalu mengijinkanku bermain bersamanya.
Dulu kami selalu bersama, bermain, sekolah, belajar di rumah, hampir setiap waktu kami selalu bersama.
Masih tersimpan jelas di memoriku saat-saat ia selalu menjagaku, ia melindungiku dari sekelompok anak nakal yang ingin merebut es krim-ku. Dengan berani, ia menyuruh mereka untuk berhenti menggangguku, ia sangat berani, walaupun tau ia kalah jumlah. Sebaliknya, aku sangat pengecut, hanya bisa menangis dan mengintip dari balik bahunya. Mereka memang tidak jadi merebut es krim-ku, namun sebagai gantinya mereka mengajak Sam berkelahi, keroyokkan. Mereka mendorong Sam hingga menabrakku dan menjatuhkan es krim-ku, lalu aku menangis keras, hingga merebut perhatian orang-orang, dan anak-anak itu pun kabur. Lalu Sam menghampiriku dan berkata ‘Rose, maaf, es krim-mu jatuh. Aku beliin lagi ya? Jangan nangis...’

Aku menghentikan langkahku saat kami tiba di sebuah taman yang dipenuhi bunga matahari. Tempat ini belum berubah, tempat dimana dulu kami sering bermain kemari saat masih duduk di bangku SD. Kupandangi hamparan bunga matahari yang terlihat lebih indah saat terkena cahaya matahari yang hampir terbenam.
“Rose?” Sam menghentikan langkahnya, lalu berjalan menghampiriku dan berhenti tepat di hadapanku.
“Kamu inget ngga, dulu kita sering main kesini?” aku tersenyum lemah, mengingat masa kecil kami. Ia mengangguk.
“Kamu ngga apa-apa kan?” raut wajahnya sama seperti biasa, raut wajah yang selalu mengkhawatirkanku “Rose?”
“Nara-“ kurasakan kedua mataku panas, pandanganku kabur, dan baru sadar bahwa aku sedang menangis saat kurasakan air mataku jatuh, membasahi pipiku. “Aku putus sama dia...”

Ia menyodorkan sapu tangan padaku, lalu diusapnya pipiku menggunakan sapu tangannya. “Aku tau...” jawabnya.
“Aku tau, papanya ngga pernah setuju sama hubungan kami. Tapi, dia ngga pernah sekalipun nyoba buat ngeyakinin papanya, ngga pernah sekalipun ngijinin aku buat ngambil hati papanya biar dia bisa nyetujuin hubungan kami.” Air mataku mengalir deras tak terkendali “Akhirnya... Akhirnya dia lebih miilih buat ninggalin aku. Padahal, kami sama sekali belum pernah nyoba buat ngeyakinin papanya, belum pernah sekalipun...” setelah ia membiarkanku menangis untuk beberapa saat, akhirnya ia mulai bicara...
“Rose... Aku senang kamu putus sama Nara.” Mataku terbelalak, nafasku tertahan untuk sesaat, kupandangi ia dengan tatapan tak percaya.

“Sam??” kusipitkan mataku, menuntut jawaban.
“Aku senang kamu putus ama dia. Tapi, aku ngga bisa liat kamu sedih, nangis.” Aku bingung, apa yang sedang ia bicarakan?’“Apa kamu inget? Dulu, waktu kita kecil, kamu sering banget nangis. Tapi kamu langsung diem kalo aku kasih es krim.” Ia tertawa kecil, lalu tersenyum dan memandangku lembut.
“Iya...” aku pun tersenyum, mengingat kembali memori tersebut dan mengabaikan kebingunganku “Aku juga inget, dulu aku pernah jatuh pas kita main kejar-kejaran. Lututku berdarah, trus nangis.” lalu Sam di masa kecil menghampiriku dengan ekspresi penuh kekhawatiran ‘Rose? Sakit ya? Jangan nangis...’ aku yang cengeng, bukannya diam malah menangis semakin keras. Lalu ia menawarkanku untuk naik ke punggungnya ‘Ayo, aku gendong kamu pulang.’ Dan ia benar-benar menggendongku ke rumah, namun berhenti di jalan untuk membelikanku es krim, dan aku menikmati es krimku sembari digendong olehnya, melupakan rasa sakit di lututku.
“Tapi kamu udah jarang nangis sejak masuk SMA. Sejak kamu kenal Nara, sejak kamu mulai jauh dari aku, sejak kita ngga pernah main berdua lagi.”

“Sam...”
“Aku ngga tau, aku harus seneng ngeliat kamu bahagia, atau harus sedih kita ngga bisa main bareng kaya dulu lagi.” Ia tersenyum sedih “yang aku tau, aku ngga suka liat kamu nangis. Aku rela ngapain aja, mbeliin kamu es krim sebanyak mungkin, atau apapun, asalkan kamu ngga nangis.”
“Kenapa?”

“Karena, kalo kamu sedih, aku juga sedih.” Ia menempelkan telapak tangan kanannya pada dada kirinya “Di sini, jadi sakit.” Lalu diraihnya kedua tanganku, dan ditatapnya mataku lekat-lekat “Aku ngga mau kamu sedih, Rosalie...” Ia tetap sama dengan Samuel yang dulu, Samuel yang aku kenal sejak kami berumur 6 tahun, Samuel yang selalu mengkhawatirkanku, menjagaku, dan mengatakan ‘jangan nangis, Rose...’ atau ‘aku beliin es krim, ya?’ untuk membuatku berhenti menangis. Lalu aku sadar, kalau selama ini aku melakukan kesalahan, kesalahan yang tak termaafkan. Karena aku telah mengabaikannya selama dua setengah tahun terakhir, walaupun aku tak berniat demikian. Aku hanya terlalu sibuk dengan cinta pertamaku, Nara. Dan lambat laun aku semakin jauh dari Sam, frekuensi pertemuan kami berkurang, dan akhirnya benar-benar tak saling bicara. Benar-benar mengabaikannya, seseorang yang selalu ada di sampingku, yang selalu mengkhawatirkanku, yang selalu menjagaku, seseorang yang ternyata sangat kubutuhkan. Seseorang yang ternyata punya tempat di hatiku, bahkan menempati posisi yang lebih penting dari Nara, pacar pertamaku.
“Bego...” tangisku semakin keras
“Eh???” kali ini dia benar-benar kebingungan. Kulepaskan kedua tanganku yang ia genggam untuk menutup wajahku dan menangis sejadi-jadinya

“Kamu bego, Sam!!!”
“Hah?” kedua alisnya tertaut
“Kenapa ngga bilang kalo kamu suka sama aku???” kutoyor kepalanya dengan tangan kananku, lalu aku tertawa, sambil menangis.
“Aku...” ia mengusap dahinya, kedua matanya memandangi tanah di bawah kami. Pipinya memerah.
“Hahahahaaa”
“Apa?” ia memandangiku lagi, pipinya masih merah.
“Ekspresimu sekarang persis cewek-cewek pemalu yang ada di komik waktu ketemu cowok yang disukai.” Kuseka air mataku, entah air mata kesedihan yang tadi, atau air mata akibat aku menertawainya.
“Aku suka kamu” kali ini pipinya sudah tidak lagi memerah, ia memandangku lekat-lekat lagi. Aku berhenti tertawa, lalu tersenyum, kupandangi kedua matanya, lalu aku menghambur ke pelukkannya, dan kembali menangis.
“Bego!!!”

“Lho?” meskipun bingung, namun ia balas memelukku, kemudian tersenyum, dan aku tau aku tidak perlu menjawab pernyataan suka darinya, aku tau ia akan selalu ada di sisiku (kali ini di pelukkanku), menjagaku seperti biasa, melindungiku, menghiburku agar tidak menangis..... “Kamu mau es krim?” kujawab pertanyaannya dengan senyuman, dan kugandeng tangannya, lalu kami berjalan pulang
(kami mampir ke toko es krim di perjalanan pulang).

Sabtu, 01 Februari 2014

kisah cintaku



 Pertama kenal sama dia aku dikenalin temenku sebut saja nama temanku lusi , dan nama kenalanku sebut saja andrian.
Andrian baek banget dia juga perhatian satu bulan kita kenal akhirnya kita ketemuan , tepat malam jum’at kita ketemuan di lan selatan rumahku aku sama lusi dan andrian sam temennya yang namanya risky. Pertama kaaali  ketemu andrian cuek dan malu malu … dan ternyata mala lusi dan risky juga kenalan ……….
Pada hari minggunya kita janjian kita ketemuan di jalan dekat rumahku dan aku sama andrian sedangkan lusi sama risky.
Aku sama andrian ke pantai pathek di kota ku sedangkan lusi sama andrian ke puncak , kita berpencar ampek pantai pathek aku sma andrian duduk duduk di pinggir pantai dan andrian megang tangan ku aku degdegkan wktu dipegang tangan sma andrian. Terus andrian bilang klo dia itu suka sma aku . dan di situ juga dia nembak aku ya aku terimah wong dia itu cakep , putih , tinggi akhirnya kita jadian tepat jam 3 sore lusi sama risky  von kt.a dia udh pulang akhirnya aku juga pulang … ampek di rumah  aku dan lusi curhat curhatan dan ternyata lusi juga jadian sama risky .
Aku seneng punya cowok sperti  andrian orangnya baik , sopan , perhatian ,ganteng lagi .
Tiap kita ketemuan dia pasti malu malu .
Waktu malam minggu kita ketemuan dan dia bilang “apa orang tua kamu udah tau tentang hubungan kita ?”
Aku Cuma diem ajah dan dia nanyak “ kenapa kamu diam “
“ aku blom bilang tentang hubungan kita soalnya aku gak boleh pacaran aku takut orang tua kita gak ngerestui hubungan kita  ” kata ku
Dia langsung meluk aku dan dia bilang “ gak usah mikirin itu pasti hubungan kita direstui kok “
Waktu itu pelukan itu dalah pelukan pertamaku. hubungan kita udh hamper 6 bulan tapi dia udh berubah dia udh gak sering von aku sms udh kadang kadang tiap akunanyak kenapa qmue berubah pasti dia jawab gk kok gak berubah …..
Aku nanyak lagi knp qmue sekarang udh gak pernah sms n von dia Cuma jawab lagi sibuk . aku udh gak tahan sma sifat dia yang dingin udah gk perhatian lagi , udah gak seperti dulu lagi ……….. lama kelamaan aku denger dari temen aku klo andrian itu selingkuh sma yang namanya putri ….. udh itu aku nnanyak sma andrian” apa bener kamu selingkuh ?”
 Andrian “gak kamu tau dari sapa ?”
“tau dari sp itu gk penting “kata ku
“ dia Cuma bing “o”
Sedangkan lusi dan risky udh putus
. aku sayang banget sma andrian tpi andriannya mala selingkuh
“tepat hubungan kita dapet 7 bulan aku nanyak lahi
“ayo jawab yang jujur kamu itu kan selingkuh sma yang namanya putri”
“klo iya kenapa “ kata andrian
“aku Cuma bias nangis”
“ya udh sekarang kamu pilih aku apah dia selingkuhanmu”
“Ternyata dia mala milih putri”
Aku dan andrian udh satu minggu putus tapi aku masih gk bisa MOVE ON malm minggu aku di kmar lagi nangis inget sma andrian tiba tiba hp ku bunyi ternyata sms dari andrian isinya “ kalau waktu bias diputer aku ingin memuter waktu aku ingin memperbaiki kesalahanku waktu sma kamu , aku ingin kita bersama seperti dulu lagi , tapi ini mustahil aku udh nyakitin kamu pasti kamu gk akan maafin ku aku minta maf iyaaa “
Aku baca pesan dri andrian Cuma bias nangis dan berdoa semoga kita mendapat jodoh yang baik dan saying sma kita

Senin, 27 Januari 2014

Update Korean & Western News: Profile Little Mix

Update Korean & Western News: Profile Little Mix: Halo semuanya ~ sekarang saya mau nge-post tentang 'Girband' yang terbilang baru tetapi sudah mempunyai banyak fans yakni adalah ...

Minggu, 19 Januari 2014

TRUE LOVE

Cinta sejati. Apakah kalian percaya akan itu? Akan "Cinta Sejati" yang konon katanya dimiliki oleh semua orang? Cinta yang katanya sangat indah dan menyenangkan? Mitos cinta sejati yang terus menerus melolong dihatiku.
***

Kupandangi bingkai biru di tepi tempat tidurku. Aku tersenyum menatap benda yang ada didalam bingkai itu.

Bukan sebuah foto ataupun lukisan. Hanya sebuah kertas lusuh. Kertas catatan PKN yang aku robek dari buku miliknya 2 tahun lalu saat perpisahan SMP. Dia sama sekali tidak tahu aku merobek buku catatanya. Bahkan, mungkin dia tidak mengenalku. Aku hanya satu dari ratusan penggemarnya di sekolah.
Dia bukan artis. Dia adalah siswa tampan dan cerdas di sekolahku. Dia kaya dan pintar dalam bidang olahraga. Sifatnya yang cuek justru menjadi daya tarik bagi para kaum hawa, termasuk aku. Tapi, bisa dibilang, aku tidak terlalu menunjukkan diri bahwa aku menyukainya. Terbukti. Aku tidak pernah menyapa ataupun menegurnya. Aku menyukainya lewat diam.

Bahkan, robekan catatan PKN itu aku ambil diam- diam untuk kenang- kenanganku karena aku tahu dia akan melanjutkan study ke L.A.

Aku kembali tersenyum manis saat melihat robekan catatan itu. Orang bilang, apapun itu, jika memang jodoh, maka dia akan kembali lagi dan lagi. Dan aku percaya dia akan kembali kulihat.

Aku mengeluarkan kertas itu dari bingkainya. Kupeluk- peluk dan kubelai. Ku ajak tertawa dan tersenyum.

Gila. Konyol memang. Setelah puas dengan kegiatanku itu, aku meletakkan kertas itu di atas meja belajarku. Dan...
Syuuuut...
Angin bertiup menerbangkan kertas kenangan itu keluar jendela dan jatuh dipekarangan. Dengan sigap aku keluar rumah dan mengejar kertas itu. Itu adalah satu- satunya milikku yang mampu membuatku mengingatnya.

Saat aku hampir mendapatkanya, angin kembali meniupnya menjauhiku. Argh! Angin ini! Batinku kesal.

Aku kembali mengejar kertas itu. Dan saat aku hampir mendapatkannya kembali...
"Argh!! Sial banget sih?! Malah keinjek lagi!" seruku kesal saat tahu kertas itu di injak seseorang. Orang itu mengambil kertas yang ada di injakannya itu. Aku masih menatap jalanan berdebu dengan kesal.
"Jadi, daritadi kamu ngejar kertas ini ya?" ucap orang itu. Suara bariton yang ku kenal. Ku tengadahkan kepalaku menatap wajah dari si pemilik suara.

DEG!!!
Di... Diakan? Diakan pemilik kertas itu sebenarnya? Vigo. Cowok tampan, keren dan pintar itu... Bagaimana bisa?
"Ma... af. Aku ngerobek kertas itu...."
"gapapa kok Dina. Beneran deh gapapa. Karena, aku juga udah foto kamu diam- diam waktu itu." akunya padaku. Dia... Tau namaku?
"foto?! Diem- diem?"
"Lebih baik, kita nostalgianya ditaman aja deh." ucapnya sambil menarik tanganku ke taman.
***

Aku tidak percaya dengan apa yang aku lihat. Fotoku ada dalam dompet Vigo?
"Aku dulu suka banget sama kamu Dina. Karena, kamu itu satu- satunya cewek yang gak pernah negur aku. Kamu cuek dan aku suka itu." ucapnya sambil tersenyum.
"Dulu, aku berharap bisa kenal dan pacaran sama kamu. Tapi, dekat kamu aja aku udah gemetaran, apalagi ngobrol sama kamu..." ucap Vigo lagi. Lalu dia menatap robekan kertas itu.
"Aku tau kok, kamu ngerobek kertas ini. Cuma aku pura- pura gatau aja. Aku seneng banget waktu kamu robek kertas ini. Karena itu artinya, kamu juga suka sama aku. Iyakan?" ucapnya yang membuatku tersipu malu.
"Ikh... Kok diem aja?" ujarnya sambil mencubit pipiku pelan.
"aku bingung mau ngomong apa..."
"Kamu percaya mitos True Love gak?"
"True Love? Emang ada?" tanyaku.
"mulanya, aku juga gak percaya. Tapi malem ini aku percaya. True Love aku udah aku temuin lagi. Aku suka kamu." ucapnya sambil natap bintang.
"udah jam 12 belom?" tanyanya.
"udah. Udah jam 12 tepat."
"Happy Birthday Dina :). Will you be My True Love?"

Apakah dia menyatakan perasaannya. Tanpa sadar, aku mengucapkan
"yes. I will."
***

Percaya atau tidak, itulah faktanya. True love akan datang. Sejauh dan sesulit apapun, Cinta Sejati akan mencari jalan lagi dan lagi untuk kita temukan. :)

JALAN CINTAKU....!!!!

Gelak tawa dan kebersamaan ini telah terjadi sejak dulu, sejak kita masih kanak-kanak. Kita adalah sahabat, kita tlah seperti saudara, begitu dekat, dan mengerti satu sama lain. Sebut saja dia dengan nama Rama. Tak ada sedikitpun angan yang terlintas difikiran ku tuk merasakan cintanya, semua tlah berubah saat kita beranjak dewasa, disaat kita tlah mengenal apa itu arti sebuah kebersamaan yang didampingi dengan cinta. Saat dia mengatakan ingin mendampingi aku bukan sebagai sahabat ataupun saudara, sungguh tak pernah ku sangka, bimbang ku rasakan. Tapi, ku tak mau membuatnya terluka atau kecewa, ku putuskan untuk menerima permintaannya itu. Sejak saat itu, ada kebimbangan dalam hatiku, apakah ini semua keputusan yang benar, di satu sisi aku tak mau mengecewakan Rama, tapi di satu sisi dia baru saja mengakhiri hubungannya dengan salah seorang sahabatku sendiri, Reina. Hubungan ku ini, awalnya tak ada yang mengetahui, hanya aku dan Rama. Tapi, seiring berjalannya waktu, semuanya tahu, beegitupun Reina, awalnya aku takut jikalau dia marah dan membenciku. Tapi ternyata dia tak mengapa, dia tak marah ataupun benci kepadaku. Hubungan ku dengan Rama, awalnya baik-baik saja, tapi semenjak kita tak lagi satu sekolah, saat kita memilih sekolah yang berbeda, hubungan ku semakin jauh, dan aku merasa kita tlah jauh. Saat itu ku akui, hatiku tlah berpaling, dan setelah ku mengetahui hatinya juga tlah berpaling kepada yang lain, ku putuskan mengakhiri hubungan ini.
‘’ mungkin ini memang jalan terbaik buat kita berdua, kita memang tak bisa satu, sudah tak ada lagi kecocokan dalam hubungan kita, jadi lebih baik kita berhenti cukup sampai disini”
Sebait pesanku ini diterimanya, dan dia menyetujui keputusan ku ini. Sejak saat itu, aku menjalin hubungan dengan orang lain. Saat ini kumerasa sangat bahagia, orang tua ku memberi restu terhadap hubungan ku dengan orang ini, sebut saja Adrian. Aku serasa tak mau melepas dia, ku selalu berharap hubungan ini tak berakhir sia-sia. Tapi takdir berkata lain, Adrian meninggalkan aku dengan sebuah luka, hatinya berpaling. Tak kusangka begitu pahit ini semua bagiku, tak kusangka dirinya tega khianati ku. Ku terpuruk dalam kepedihan, tak sanggup rasanya ku tuk bangkit dari semua kenyataan pahit ini.
‘’ jika memang kita harus berpisah, aku tlah menemukan seseorang yang lebih mencintaimu dari pada aku “
Pesannya ini, sampai sekarang tak ku mengerti, tak tau siapa yang dia maksud. Selau ku coba melupakan dan menepis bayang-bayangnya dalam hidupku, tapi sungguh begitu sulit ku rasa. Sakit ini semakin terasa, disaat dia tak mau menyapaku, bahkan menyebut nama ku saja sudah tak pernah ia lakukan.

Beberapa bulan berselang, Rama kembali mendekatiku bukan sebagai sahabat.
‘’ aku menyadari bahwa selama ini aku hanya menyayangi dirimu, meski ku tlah lewati hari dengan hati yang lain, tapi tak pernah ku rasakan sayang seperti dirimu’’

Ucapannya tak cukup mampu buatku luluh, dan aku katakan tak ingin menjalin hubungan yang seperti dulu.
‘’kita lebih baik jadi seorang sahabat, kita tak mungkin bisa menjalaini hubungan seperti dulu, aku sayang kamu sebagai sahabat ku “

Tak pernah ku fikirkan akibat perkataanku itu, menyakitinya atau mengecewakannya, aku tak tahu. Yang aku tahu, aku melakukan semua ini demi persahabatan ku dengan dia. Tak pernah dia menyerah tuk meluluhkan hatiku, selalu ia memanjakan dan memberi perhatian penuh terhadapku. Selalu ia berusaha tuk meyakinkanku, bahwa ia kan selau buatku bahagia.
‘’ aku sangat menyayangimu, beriku kesempatan satu kali lagi, tuk menghapus kesalahan ku dimasa lalu, aku berjanji tak kan khianatimu, tak kan ku buatmu sakit, percayalah padaku bahwa kasih dan sayangku buat kamu itu tulus’’

Kata-katanya itu, kian lama buat ku luluh terhadapnya. Hingga pada akhirnya ku putuskan kembali tuk mencoba menjalin hubungan spesial dengan Rama.
‘’ ku coba mempercayaimu lagi, ku beri kau kesempatan dan ku percaya semua kata-katamu, aku mohon jangan sakiti dan khianati diriku ini’’
Tanggal 17 januari 2012, kita menjalin hubungan kembali. Hari-hariku dipenuhi dengan perhatian dan kasih sayangmu, pujian-pujian mu terhadapku jadi menu keseharianku. Tapi, masih ada kebimbangan dalam hatiku, aku masih bertanya-tanya, sebenarnya apakah aku sayang sama dia?? Tiap dia bilang sayang kepadaku, ku selalu bilang ‘’ aku juga sayang kamu ‘’, aku tak tahu salahkah ucapanku itu, yang aku tahu, aku akan membuatnya bahagia jika aku mengatakan bahwa aku juga menyayanginya.

Sikapnya memang tak seperti dulu lagi, sudah lebih dewasa, tapi masih saja ada sikap yang membuatku jengkel. Ingin selalu ku tegur tapi aku tak mau pertengkaran terjadi diantara kita, aku Cuma ingin menjalin hubungan yang lebih lama dengannya. Walaupun ku coba hindari pertengkaran, masih saja ada yang membuatku marah dan ngambek kepadanya, dia selalu mencoba menenangkanku dan membuatku tersenyum lagi. Kian lama ku jalani hari bersamanya,kian ku rasakan kebahagian, rasa sayang itu tumbuh dengan seiring berjalannya waktu dan kebersamaan kita selama ini.

Ditengah kebahagiaan kita, ada masalah yang terjadi, hubunganku ini tanpa diiringi restu kedua orang tuaku. Sakit saat ku dengar ucapan mereka, bahwa hubungan ku ini harus segera berakhir. Ku coba bicara hal ini pada Rama, tapi aku nggak berani. Aku takut menyakitinya, aku takut membuat dia terluka, aku nggak tega ngomong sama dia. Sekarang ku di hampiri kebimbangan, apa yang harus aku lakukan, menuruti kata orang tua, apakah memperhatakan hubungan ini. Sungguh, jadi kayak sinetron, hubungan nggak direstui gara-gara masalah yang sepele dan nggak jelas. Sumprit deh pusing mikirin masalah ini, mau dibawa kemana hubungan ini.

Suatu hari, aku bertemu dengan dia di rumah temenku, sebut saja namanya Putra, karena kebetulan banget pacarnya Putra adalah temen dekatku sendiri, panggil aja Isna. Jadi, ceritanya double date gitu deh. Seru juga double date kayak gini, saat itu aku sama Rama duduk berdua, dia nyuruh aku menutup kedua mataku, aku sempat nggak mau, tapi dia maksa. Ya, okelah aku turutin. Dan tak lama kemudian aku rasakan ada sesuatu di leherku, ku buka mataku dan ternyata dia telah memasangkan kalung di leherku. Dia tersenyum padaku dan bilang ‘’ aku sayang kamu’’. Ku balas senyum manisnya dan ku balas pula ucapannya itu ‘’ aku juga sayang kamu ‘’.

Tak lama kemudian aku berdiri, aku mengatakan sesuatu kepadanya,
‘’ bagaimana nanti seandainya kita tak lagi bersama ya?”

Dia terkejut dengan pertanyaanku itu, serentak ia berdiri dan kembali bertaya kepadaku.
‘’ apa maksud kamu, apa yang kamu katakan?’’

Aku diam sejenak dan menunduk sambil ku pegangi kalung dari dia.
‘’ seandainya hubungan kita nanti berakhir bagaimana?’’
‘’ berakhir? Kenapa kamu berfikir seperi itu?’’
‘’ kamu tahukan, orang tuaku bagaimana, mereka tak merestui kita !’’

Rama terdiam, ia duduk kembali dan menunduk. Sungguh, sedih bangit hati ini ngeliat dia kayak gitu. Dia kemudian mengajukan pertanyaan kepadaku.
‘’ apa kamu akan mengakhiri hubungan kita ini?’’
‘’ aku nggak tahu?” jawabku dengan lemas
‘’ aku ikhlas, jika memang kamu akan memutuskan hubungan ini, tapi sungguh ku tak kan sanggup kehilangan kamu ‘’

Rama menatapku, dengan mata yang berkaca-kaca. Oh, tuhan sungguh semakin tak tega aku, rasanya tubuh ini makin lemas bahkan mau pingsan.
‘’aku, aku nggak tahu, aku nggak tahu harus bagaimana’’
‘’ aku sangat menyayangimu, aku nggak bisa kehilangan kamu’’
‘’ aku juga sayang kamu ‘’

Dia berdiri dan memeluk erat tubuhku, ini untuk pertama kalinya aku dipeluk sama pacar. Dan tak ku sangka air mata ini menetes begitu deras.
‘’ aku sungguh nggak mau kehilangan kamu , aku menyayangimu’’

Berulang-ulang kali Rama mengucapkan kata-kata itu.
‘’ aku juga sayang kamu, aku nggak mau putus dari kamu’’

Setelah ku ucapkan kalimat itu, air mata ini semakin tak mau berhenti.
‘’ aku nggak mau putus, nggak mau’’
‘’ jangan nangis ya, aku nggak mau liat kamu nangis kayak gini’’
‘’ tapi, aku nggak mau putus, aku sayang kamu’’
‘’ kita nggak akan putus, nggak akan pernah. Percaya lah padaku, pasti suatu hari nanti, kita akan mendapatkan restu’’
‘’ apa kamu yakin?’’
‘’ aku yakin, sudah ya nggak usah nangis lagi, aku nggak tega ngliat kamu nangis kayak gini’’

Rama mengusap air mataku dengan begitu lembut, kedua tangannya memegang pipiku.
‘’ aku menyayangimu, yakinlah bahwa hubungan kita akan baik-baik saja’’

Dipeluknya kembali tubuhku yang lemah ini, ku ucapkan berulang-ulang kali.
‘’aku sayang kamu, aku nggak mau putus ‘’
Semakin kurasa nyaman dalam pelukannya, terasa sejenak beban ini hilang. Rasanya aku tak ingin lepas dari pelukan hangatnya. Tapi waktu juga yang akhirnya melepaskan. Aku sempat berfikir hari ini semuanya akan berakhir begitu saja, tapi ternyata salah , cerita ini masih terus berjalan dan belum berakhir.
Sejak saat itu, cerita ini semakin indah, banyak moment-moment yang berkesan. Dia selalu menemani tawaku, dia mengusap air mataku ketika ku menangis, dia selalu di sampingku saat ku bersedih. Rasanya sayang ini semakin kuat.
Suatu hari saat meeting class, Isna tidur dirumahku, dan kami membuat rencana untuk berangkat kesekolah esok hari, aku akan berangkat dengan Rama, dan dia akan berangkat dengan Putra dan kami berencana berangkat agak siang dari pada biasanya.
Keesokan harinya, rasanya begitu semangat untuk memulai hari ini, setelah selesai sarapan aku dan Isna berangkat, kami janjian bertemu Rama dan Putra di jembatan. Saat sampai di jembatan baru Rama yang disana, Putra belum nongol ternyata. Rama mengajakku berangkat lebih dulu karena ia takut telat, tapi Isna nggak mau ditinggal sendirian. Setelah beberapa saat akhirnya Putra nongol juga, kamipun berangakat tapi kami tak melewati jalan yang sama. Kami memang berbeda-beda sekaolah, Cuma aku dan Isna yang satu sekolah, aku dan Isna nantinya akan bertemu di depan gerbang sekolah.

Sepanjang jalan, aku dan Rama bersenda gurau, jikalau bisa tiap hari kayak gini, anganku melayang tinggi. Dia berkata padaku
‘’ aku ingin tiap hari bisa berangkat ke sekolah dengan kamu, menjemputmu di rumah dan disekolah, pengen banget “
‘’aku juga pengen kayak gitu, kayak anak-anak yang lain, bisa berangkat dan pulang bareng,tapi apalah daya itu mustahil terjadi’’

Kami terdiam sejenak, seakan menghentikan angan yang sempat melayang. Saat sampai di depan sekolahku, ku tengok kanan dan kiri mencari Isna, dan ternyata ia belum datang.
‘’ cepat sana masuk, nanti telat’’
‘’ aku nunggu Isna ‘’
‘’ tunggu di dalam aja, cepat masuk’’
‘’ nggak lah, aku mau nunggu di sini aja’’
‘’ ya uda terserah kamu aja, aku ke sekolahku dulu ya, hati-hati kamu di sini’’
‘’ iya, kamu juga hati-hati ya’’

Aku duduk di depan gerbang sendirian, lalu ada temankku yang baru datang, dan aku mengajaknya nungguin Isna, aku telfon tak diangkat olehnya, aku sms tapi tak di balas. Sampai akhirnya gerbangpun ditutup, dan ada salah seorang temanku yang baru datang.
‘’ ngapain kalian berdua disini?’’ tanyanya kepadaku dan temanku
‘’ nunggu Isna, dia belum datang”
‘’lhoh, gerbangnya kok ditutup’’ katanya dengan kaget
‘’ ya uda, disini dulu nunggu Isna ‘’
Aku dan kedua temanku menunggu Isna, cukup lama kami menunggu dan akhirnya dia datang juga. Dia datang dengan senyum yang lebar tanpa merasa bersalah karena tela membuat kami menunggu. Saat kami akan masuk, pak satpam menghalangi kami, beliau tak mau membukakan pintu gerbang. Beliau menyuruh kami menunggu anak-anak yang lain, mungkin ada yang telat lagi. Dan ternyata benar, ada lebih banyak lagi yang telat. Setelah itu, kami harus berbaris dengan rapi, dan kamipun dimarahin oleh pak satpam, bahkan kami di video dan wajah kami di potret sama ketua osis. Wow, kayak teroris aja fikirku, setelah kenyang dengan omelannya pak satpam dan ketua osis, kami harus berlari keliling lapangan, padahal lagi ada pertandingan futsal. Sumpah, malu banget deh, diketawain dan dilihat sama anak satu sekolahan, rasanya pengen ku tutup mukaku pakai kantung kresek.
Tapi, aku akuin deh nggak nyesel hari ini telat dan nggak apa-apalah harus dapat omelan yang penting bisa bareng sama mas pacar. Heheehehe

Habis itu, aku dan Isna malah ketawa-ketawa sendiri, habis gokil banget deh kejadian ini, mungkin akan selalu teringat dan nggak terlupakan. Saat pulang sekolah Putra sudah sampai terlebih dulu menjemput Isna, dan kami menunggu Rama, sampai akhirnya Rama datang menjemputku. Kami pulang bareng lagi dan kali ini kami pulang melewati jalan yang sama. Rasanya hari ini nggak mau cepat-cepat berlalu, kapan lagi coba bisa kayak gini. Ada yang lucu sih dari hubungan aku dan Rama, lalu Isna dan Putra. Jika salah satu dari kami ada yang bertengkar pasti yang satunya juga bertengkar. Dan kalau lagi seneng dan bahagia-bahagianya, pasti yang satu juga lagi bahagia. Kalau lagi berantem sama pacar,malah aku dan Isna yang cuek-cuekan, diem-dieman,. Tapi kalau lagi baikan dan nggak ada masalah sama pacar, kita pasti ngobrol terus, becanda terus. Kalau di fikir-fikir emang lucu sih, sedih bareng seneng bareng.
Keanehan mulai aku rasakan saat bulan puasa, aku merasa sikap Rama berubah, aku merasa dia uda nggak perhatian lagi sama aku. Tapi, aku coba untuk hilangkan perasaan ini. Sebenarnya memang bulan puasa ini menyenangkan, aku dan Rama tak jarang sholat terawih bareng dan sholat shubuh di mushola bareng.

Suatu malam selepas sholat tarawih, Rama mendatangi aku di rumah, kebetulan saat itu kedua orang tuaku masih dimushola. Aku kurang mengerti tujuan dia rumahku itu apa, lalu Rama berkata padaku “ aku sungguh menyayangimu ‘’. Aku tersenyum mendengar ucapannya itu, belum sempat aku balas ucapannya itu, tiba-tiba ia memegang tanganku dan memasangkan sebuah cincin di jari manisku.
“ aku sungguh sayang kamu, jangan tinggalkan aku, dan ku mohon jaga cincin ini baik-baik “ ucap Rama dengan tatapan mata yang sendu
‘’ aku juga sayang kamu, kan ku jaga cincin ini seperti ku menjaga cinta ini “
Ia memeluk tubuhku, sungguh ku rasa begitu nyaman dan ku merasa bahwa ia benar-benar menyayangi aku. Selepas itu, ia segera pulang. Ku pandangi cincin itu, dan aku berfikir, apakah tak kan ada nantinya yang memisahkan aku dan dia?? Yah, semoga saja. Aku hanya menginginkan yang terbaik buat hubunganku dengan Rama ini.

Beberapa hari setelah itu dan pada saat makan sahur, tak ku sangka kalung yag diberikan oleh Rama putus, dan ku merasa perasaan ku tak menentu, ada kekhawatiran, ada ketakutan, ku bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi?? Lalu, ku coba mengatakan kepada Rama bahwa kalung pemberiannya itu putus.
‘’ kenapa, kalung itu bisa putus?’’ tanya Rama
‘’ aku tak tau, tiba-tiba putus begitu saja”
‘’ kamu sih nggak jaga baik-baik “
‘’ aku sudah jaga baik-baik kok ‘’
‘’ ya sudahlah, besok-besok aku belikan lagi “
Untung saja Rama tak marah padaku, tapi jika diingat-ingat barang-barangku dari Rama tak pernah ada yang tetap utuh atau bagus sampai sekarang ini. Mulai dari boneka yang ia berikan saat rekreasi waktu SMP dulu uda ada bagian yang sobek, gelang juga putus, lalu bingkai fotonya pecah , dan kalungpun putus. Aneh memang dan sempat terfikir dibenakku, apakah ini pertanda bahwa hubunganku dengan dia tak kan bertahan lama dan kami ditakdirkan tidak untuk bersama. Tapi, selalu ku coba singkirkan jauh-jauh fikiran buruk itu.

Malam itu, semakin ku rasakan ada yang aneh dari dia, lalu ku beranikan diri untuk menegurnya,
‘’ aku merasakan ada yang aneh dengan kamu akhir-akhir ini “
‘’ aneh bagaimana?”
‘’aku merasa perhatianmu berkurang, tak seperti dulu “
‘’ perhatianku terhadapmu tak pernah berkurang, mungkin hanya perasaanmu saja “
‘’ ini bukan sekedar perasaan semata, kamu benar-benar berubah, tak seperti dulu “
‘’ mungkin karenaku terlalu banyak tugas “
Dan akhirnya semua perkataanku itu menimbulkan pertengkaran di antara kami, aku marah padanya, dan mungkin ia juga marah padaku.
Keesokan harinya, aku tak memberi kabar padanya dan aku sangat berharap ia mengirimi aku pesan atau menelfonku seperti biasa. Tapi, dari pagi hingga malam tak satupun pesan ku terima darinya, semakin jengkel ku rasa, dan kemarahanku semakin besar padanya.

Hari berikutnya, tetap ku coba tuk tak menghubungi dia, aku ingin tau apakah dia akan menghubungi aku. Tapi, hingga siang hari, tak juga ia menghubungi aku, aku rasanya sudah tak tahan menahan emosiku. Lalu ku kirimi dia pesan
‘’ kok dari kemarin nggak ada kabar, lupa ya kalau punya pacar, atau uda nganggep kalau uda nggak punya pacar ?’’
‘’ ngomong apa’an sih, siapa yang lupa kalau uda punya pucar dan siapa juga yang uda nganggep kalau nggak punya pacar “
‘’ lha trus apa dong namanya, kalau dari kemarin seharian nggak hubungin aku dan sekarang ini aku kalau nggak ngirim pesan, pasti kamu juga nggak akan ngirimi aku pesan kan??”
‘’ aku Cuma sakit hati aja, karena kamu menganggap kalau aku uda nggak perhatian sama kamu “
‘’emang kenyataannya kayak gitu kok “

Dan pertengkaran kami malam itu pun berlanjut, dan karena aku sudah jengkel aku tak membalas pesan darinya. Lalu, entah kenapa rasanya saat itu aku ingin sekali membuka jejaring sosial (fb). Saat itu ku terima pesan, dan anehnya yang ngirim aku pesan adalah Rama, tpi, yang lebih anehnya di pesan itu ia bertanya
‘’ ini pacarnya Rama?”
‘’iya”
‘’ma’af, aku bukan Rama, kamu masih pacaran sama dia?’’
‘’iya, aku masih pacaran sama dia, ini siapa?’’
‘’beneran kamu masih pacaran sama dia?
‘’ beneran lah, kamu siapa sih sebenarnya kok pake fbnya Rama?’’
‘’tapi dia bilang ke aku kalau kalian uda putus !!’’
‘’uda, uda, hubungin aku di nomer ini ************ ‘’

Lalu aku kasih nomer hp aku ke dia, dan kemudian ada pesan dari anak itu.
‘’kak, beneran ya kamu masih pacaran sama Rama?’’
‘’beneran lah, walaupun sekarang aku lagi berantem sama dia, kami nggak putus kok dan nggak ada kata-kata putus tuh !!”
‘’ tapi, dia bilang ke aku kalau kalian uda putus !!’’
‘’ kapan dia bilang kayak gitu, dan kamu itu siapa?’’
‘’beberapa hari yang lalu, aku adik kelasnya kak!!’’
‘’nama kamu siapa, dan kenapa sebenarnya kamu nanya kayak gitu sama aku?’’
‘’ aku Febri, aku Cuma mau pastiin aja yang sebenarnya itu bagaimana “
‘’ sumpah ya, aku nggak ngerti maksud kamu itu apa’’
‘’ Rama uda bilang cinta ke aku, dan dia nembak aku kak!!’’

Membaca pesan itu rasanya aku ingin marah, nangis, perasaan ku nggak karu-karuan, tapi aku masih mencoba untuk tetap tenang.
‘’apa,? nggak mungkin “
‘’ beneran kak, ma’afin aku kalau memang aku merusak hubunganmu dengan Rama “
‘’ kalian uda pacaran?’’
‘’ aku bingung, dia tetap mau jadi pacar aku, aku uda coba nolak dan dia tetap ngotot mau jadi pacar aku kak !!
‘’ aku tanya, kalian uda pacaran apa belum? Nggak usah muter-muter kalau jawab !!’’
‘’ uda kak, tapi baru beberapa hari saja kok, kalau gitu aku akan mutusin dia kak !!’’

Beberapa saat kemudian
‘’ dia nggak mau putus dari aku kak “
‘’oh, gitu ya..!!’’
‘’ ma’afkan aku kak, aku nggak punya maksud ngrusak hubungan kalian !!’’
Dan febri mengirimkan sebuah pesan dari Rama ke aku yang isinya disitu Rama nggak mau putus dari Febri.

Lalu, aku mengirim pesan ke Rama, aku coba tetap tenangkan diri aku.
‘’oh ya,aku lupa nanya sama kamu. Kita putus kan?’’
‘’ terserah “
‘’ oke, kita resmi putus, akhirnya aku bisa bebas juga “
‘’ ini kan yang kamu mau, putus dari aku dan kamu bisa dengan cowo’ lain?’’
‘’kalau iya, emang kenapa, masalah buat kamu? Kamu aja bisa dengan cewe’ lain sebelum kita putus, masa’ aku nggak bisa dengan cowo’ lain, padahal kita uda resmi putus !!
‘’ terserah apa kata kamu aja “
‘’iya, satu pesenku buat kamu, urusin tuh selingkuhan kamu “
Dalam pesan itu, aku berlaga tenang dan santai menghadapi masalah ini, tapi sebenarnya hatiku ini hancur banget dengan semua kejadian ini, sakit banget rasanya, pengen nangis, pengen teriiak, pengen marah, tapi rasanya aku nggak tau bagaimana ngungkapin semua perasaan yang ada di hatiku ini. Tanggal 13 agustus 2012, aku dan Rama resmi putus dan hubungan sudah benar-benar berakhir, gara-gara perselingkuhannya dengan Febri, 7 bulan kurang 4 hari hubungan ini berjalan dengan sia-sia, sad ending.

Lalu, aku megirim pesan lagi kepada Febri.
‘’ aku uda putus sama Rama “
‘’ kok putus, ma’afin aku gara-gara aku kalian putus,”
‘’uda lah, nggak apa-apa “
‘’ kalian nggak usah putus ya, biar aku saja yang putus sama Rama, kalian uda saling mengenal lebih dulu,”
‘’ aku uda terlanjur putus sama Rama, dan mungkin emang uda takdirnya aku putus sama dia !!’’
‘’ ma’afkan aku ya !!’’
‘’ya, moga kalian langgeng!!”
‘’ amin kak, makasih do’anya, dan sekali lagi ma’afin aku “
Sumpah, aku nggak nyangka banget tuh anak bakalan bilang “amin” saat aku bilang “ semoga kalian langgeng”, muna banget tuh anak, awalnya bilang mau putus sama Rama, tpi akhirnya malah bilang amin. Rasanya pengen aku mencaci maki mereka semua, pengen aku pukulin sampe babak belur.
Sempat aku mengajak Febri bertemu dan ngomongin masalah ini baik-baik, tapi ia menghindar dan menolak, aku kurang tau alasan dia yang sebenarnya menghindar dari aku itu apa, dia Cuma bilang kalau dia lagi sibuk, tapi menurutku ia takut bertemu denganku, mungkin ia takut aku bakalan marahin dia, padahal ngga ada maksud ku buat marah atau maki-maki tuh anak, aku kan Cuma pengen tau lebih jelas dan ngomong secara tatap muka langsung kan lebih enak dari pada Cuma lewat handphone.

Keesokan harinya aku mengirim pesan ke Febri.
‘’ tolong jaga Rama, seperti aku menjaganya. Tolong sayangi dan cintai dia, seperti aku menyayangi dan mencintai dia, aku titip dia ke kamu, aku percayakan dia untuk kamu. Jangan buat dia terluka. Semoga kalian bahagia selalu “

Penuh dengan linangan air mata saat ku tulis dan ku kirim pesan tersebut, ada perasaan tak rela untuk melepas begitu saja semua yang telah terjadi selama ini. Tapi apalah daya, ini semua sebuah kenyataan yang harus aku hadapi, air mata ini semakin deras mengalir saat ku kumpulkan semua barang pemberianmnya. Firasatku ternyata benar, bahwa hubungan ini kan berakhir, dengan semua pertanda yang ada selama ini.
“ Ya Allah, sakit banget yang aku rasakan sekarang ini, sakit hati ini kembali lagi berpijak dalam diriku, dia yang telah ku percaya, dia yang telah beriku senyum, dia yang telah beriku mimpi, dia yang temani tawaku, dia yang hilangkan dukaku. Tapi, kini ia telah pergi tinggalkan aku untuk cinta yang baru, cinta yang baru saja ia kenal. Kenapa harus terjadi lagi, apa salahku, apa kurangku hingga dia sakiti aku seperti ini. Ya Allah, tak sanggup rasanya aku mengingat semua kenangan antara aku dan dia, itu terlalu menyakitkan. Ya Allah, jauhkan aku dari rasa benci, jauhkan aku dari dendam, berikan hambamu ini keikhlasan dan ketabahan dalam menerima serta menghadapi semua ini. Ku serahkan semua ini padamu ya allah, ku tahu ini semua rencanamu, ku tahu ini semua kehendakmu, engkau yang telah menyatukan kami, dan engkau pula yang pisahkan kami ya allah”
Sebait curahan hatiku itu ku panjatkan kepada Allah dengan semua sakit yang ku rasakan, dengan semua air mata yang mengalir. Tapi aku coba tersenyum, aku masih mencoba untuk tegar, karena ku percaya dan aku pasti bisa hadapi semua ini.

Beberapa saat kemudian, ku dengar handphone ku berdering, dan ku lihat ada satu pesan. Saat ku buka ternyata itu pesan dari Rama.
‘’ andaikan aku bisa memutar waktu kembali, pasti akan ku lakukan. Tapi itu sungguh mustahil, tak mungkin aku bisa memutar kembali waktu meski hanya satu detik saja. Karena kesalahanku itu, kau pergi tinggalkan aku. Kini kita tlah berjalan sendiri-sendiri, semoga kita bisa menjalani semua ini dengan baik.”
Sedikit senyum yang hanya bisa kuberikan setelah membaca pesan itu, aku mencoba tabah dan tetap tegar, aku tersenyum untuk menahan sakit yang ku rasakan.

Hari-hari ku kini memang sepi setelah ia tak ada lagi dalam kehidupanku ini, aku coba move on, move on dan move on. Ku coba cari kesenanganku tanpa dia, ku coba cari tawaku saat tak ada dia. Kini entah apa yang akan terjadi selanjutnya dengan perjalanan cinta ini, apakah suatu saat aku bisa benar-benar mema’afkan dia dan menghilangkan sakit ini karena dia. Dan mungkin kelak ku bisa temukan yang lebih dari dia, tak aku mengerti, karena semua itu menjadi rahasia Tuhan dan ku coba siap menerima semua yang telah di gariskan oehnya, karena jodoh, rezeki dan matiku hanya Allah yang tahu.